Welcome

WELCOME TO MY BLOG

Senin, 26 September 2011

Bacalah Tulisan ini 60 Detik Saja Mungkin Bisa Mengubah Hidup Anda 10 TAHUN Kedepan



Catatan seorang penulis buku ini bisa menjadi pelajaran yang berharga:

"Ketika aku muda, aku ingin mengubah seluruh dunia. Lalu aku sadari, betapa sulit mengubah seluruh dunia ini, lalu aku putuskan untuk mengubah negaraku saja. Ketika aku sadari bahwa aku tidak bisa mengubah negaraku, aku mulai berusaha mengubah kotaku. Ketika aku semakin tua, aku sadari tidak mudah mengubah kotaku. Maka aku mulai mengubah keluargaku. Kini aku semakin renta, aku pun tak bisa mengubah keluargaku. Aku sadari bahwa satu-satunya yang bisa aku ubah adalah diriku sendiri.

Tiba-tiba aku tersadarkan bahwa bila saja aku bisa mengubah diriku sejak dahulu, aku pasti bisa mengubah keluargaku dan kotaku. Pada akhirnya aku akan mengubah negaraku dan aku pun bisa mengubah seluruh dunia ini."


Tidak ada yang bisa kita ubah sebelum kita mengubah diri sendiri. Tak bisa kita mengubah diri sendiri sebelum mengenal diri sendiri. Takkan kenal pada diri sendiri sebelum mampu menerima diri ini apa adanya.


Sumber: Buku prepare u'r success Membangun Fondasi Kesuksesan Karier Sejak Bangku Kuliah (Ryan Sugiarto & Prof. Djamaludin Ancok, Phd.)

Rabu, 06 Juli 2011

Kejujuran adalah Integritas



“Integritas adalah mengatakan kepada diriku apa yang benar. Dan kejujuran adalah mengatakan kebenaran itu kepada orang lain.” – Spencer Johnson



Mahatma Gandhi kecil adalah seorang anak yang sangat pemalu. Ketika bel pulang berbunyi, Gandhi akan segera berjalan menuju rumahnya. Padahal, anak-anak lain bermain terlebih dahulu atau jajan di tempat lain.

Pada suatu hari, seorang pengawas sekolah dari kota datang ke sekolah Gandhi. Pengawas itu seorang berkebangsaan Inggris karena saat itu India masih dijajah oleh Inggris. Pengawas ingin melihat kemajuan pelajaran di kelas yang Gandhi ikuti. Pengawas itu menyebutkan lima kata dan memerintahkan anak-anak untuk menuliskan kata-kata tersebut di buku mereka.

Sembari anak-anak mengerjakan, sang guru yang juga ada di kelas berkeliling dan memeriksa pekerjaan murid-muridnya. Ketika melihat kesulitan yang dialami Gandhi, gurunya berbisik, “Contek saja dari temanmu…” sambil menunjuk ke arah teman Gandhi yang duduk di sebelahnya. Namun, Gandhi menolak melakukan itu.

Ketika pengawas sudah pergi gurunya berkata, “Memangnya kau tidak bisa meniru apa yang ditulis teman-temanmu?”

Kata-kata itu disambut oleh tawa seisi kelas.

Ketika pulang dari sekolah, Gandhi terlihat sedih. Ibunya bertanya, “Kenapa? Apa yang terjadi di sekolah?”

“Aku disuruh guru menyontek…,” kata Gandhi dengan muka sedih.

Gandhi bukannya sedih karena tidak bisa mengerjakan tugas dari gurunya, melainkan karena gurunya menyuruhnya berbohong.

ARTI SAHABAT



Cerita remaja ini berawal saat seorang anak SMU yang bernama Rafi sedang duduk-duduk di teras rumahnya. Tiba-tiba ia melihat
remaja sebaya sedang naik sepeda lalu jatuh tersungkur tepat di depan rumahnya. Isi tas plastik pemuda itu tumpah dan berhamburan ke luar.
Tanpa berpikir panjang, Rafi segera menolongnya. Rafi membantunya berdiri dan mengumpulkan barang-barangnya yang berserakan di jalan.
Semprotan serangga, tali, dan beberapa barang lain yang dibawa remaja itu akhirnya sudah masuk ke dalam tas plastiknya lagi. Rafi juga
melihat kaki pemuda itu terluka, maka Rafi memintanya mampir sebentar agar lukanya bisa diobati. Anak ABG itu menyetujuinya dan
mereka berdua masuk rumah.
Di dalam rumah, Rafi ngobrol dengan dengan anak SMU itu yang akhirnya diketahui bernama Ridwan. Lama sekali Rafi ngobrol dengan
Ridwan, mereka menjadi akrab dalam sekejab, mungkin karena umur mereka yang hampir sama. Mereka berbicara tentang sekolah, hobi,
guru, dan hal-hal lain yang biasa diceritakan remaja SMU. Semenjak peristiwa itu, mereka berdua menjadi akrab dan saling bersahabat.
Saat lulus SMU, cerita anak abg itu berlanjut. kedua pemuda itu diterima di universitas yang sama. Persahabatan mereka pun makin dekat.
Hingga tak terasa, waktu kelulusan pun tiba. Beberapa hari sebelum wisuda Ridwan menemui Rafi, seperti biasa mereka lalu saling
mengobrol.
“Hey, Rafi!” kata Ridwan, “Tahukah kamu bahwa jika kamu tidak menolongku dulu, mungkin selamanya aku tidak akan kenal denganmu.
Kamu memang sahabat terbaikku.”
“Haha.. biasa ajalah. Lha emangnya kenapa, toh?” Rafi balas bertanya.
“Maaf, jika aku tidak pernah bercerita tentang ini. Masa-masa pertemuan awal kita dulu adalah masa-masa kritis dalam hidupku.” Ridwan
mulai bercerita, “Waktu itu, usaha bapakku bangkrut, dia terlilit banyak hutang. Sedangkan ibuku malah lari dengan lelaki lain. Aku selalu jadi
korban emosi bapak. Waktu itu saya kecewa sekali dengan mereka dan ingin
bunuh diri.”
Ridwan melanjutkan ceritanya, “Tetapi, waktu sehabis membeli racun serangga dan juga tali untuk bunuh diri, sepedaku malah terpeleset di
depan rumahmu dan kamu menolongku. Keakraban dan ketulusanmu waktu itu seolah-olah bercerita bahwa masih banyak orang baik di
sekitarku. Aku merasa tidak sendiri lagi waktu itu. Aku melihat ada harapan. Canda dan sikapmu membuatku membatalkan niat bunuh diriku.
Thanks, bro! entah sadar atau tidak, engkau sudah menyelamatkan nyawaku.”